Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

31 December 2008

KARTINI SAKING NDUSUN (Kiprah Emansipasi Seorang Relawan kembang desa )

Jauh dari hiruk pikuknya kehidupan kota Batang, terdapat desa yang agak terpencil dikecamatan Warungasem yaitu desa Candiareng. Desa tersebut merupakan salah satu desa yang mendapatkan alokasi dana PNPM-P2KP tahun anggaran 2007 ditahun 2008 menjadi PNPM Mandiri-Perkotaan. Sebagian besar aktifitas penduduk desa Candiareng adalah petani ladang dengan bercocok tanam jenis palawija. Namun dengan adanya aktifitas penduduk yang berladang serta letak geografis jauh dari kota kabupaten Batang, tidak mengurangi kepedulian mereka dalam bergotong-royong bahu membahu membangun desa. Terbukti masih adanya kegiatan ronda/siskamling, kebersihan lingkungan, tahlilan giliran, juga diwaktu warga ada yang nduwe gawe (punya hajat) maka serta merta warga masih turut peduli atas lingkungan dan tetangga mereka. Tidak luput juga waktu Tim Fasilitator Kelurahan PNPM-P2KP, sedang melakukan sosialisasi kepada warga masyarakat, ternyata masyarakat menyambut dengan antusias dengan alasan adanya kegiatan Tridaya akan mempermudah akses perekonomian maupun meningkatkan tatanan sosial yang selama ini menjadi modal dasar dalam kehidupan mereka. Terlepas dari peran Tim Faskel PNPM-P2KP bersosialisasi program, dari pihak perangkat desa maupun tokoh masyarakat/agama ikut terlibat dalam penyebarluasan informasi program pemberdayaan masyarakat yang mudah dikenal oleh masyarakat dengan sebutan P2KP, masyarakat desa Candiareng baik laki-laki maupun perempuan banyak yang datang dalam pertemuan sosialisasi untuk mengetahui perkembangan informasi, karena adanya dukungan dari tokoh masyarakat dan tokoh agama sekaligus lapisan masyarakat kurang mampu juga dilibatkan baik laki-laki dan perempuan bernama Lilik Afidah, merupakan salah satu sosok/figur gadis desa yang masih lugu dari pergaulan hingar bingarnya kota. Namun dari kesederhanaannya menyembunyikan potensi yang bagus, walaupun usianya yang relatif muda (taksih timur), semua itu dapat dilihat dari segi pemikiran dan keberaniannya untuk melu-melu urun rembug, karena selama ini sering menghadiri kegiatan warga guna membahas kepentingan warganya serta untuk keberlanjutan pemberdayaan didesanya. Seiring berjalannya waktu, jiwanya merasa terpanggil untuk selalu andil dalam kegiatan penanggulangan kemiskinan, diawali dari menjadi relawan warga bersama teman-teman se-desanya, mereka bisa berkiprah, saling tukar pendapat, diskusi, tambah wasasan dan tanpa disadari timbul keakraban dengan orang yang lebih tua maupun se-usianya, karena dilandasi rasa kebersamaan dan kesetaraan. Mengingat selama ini pihak perempuan masih merasakan adanya batasan-batasan/ter-marginal dari kaum laki-laki didalam urun rembug terutama pengambilan keputusan dalam musyawarah/pertemuan-pertemuan. Dari sinilah mbak Lilik mencoba melakukan/menguji kemampuan yang dimilikinya, karena dalam P2KP mengenal dan mengadopsi kesetaraan gender, sehingga termotivasi untuk ikut mbagun desa tanpa harus ikut bekerja layaknya dilakukan seorang laki-laki, namun mbak Lilik hanya mengandalkan pikiran, tenaga/kemampuan yang terbatas, dan waktu luangnya, sesuai komitmen awal dengan teringat walsafah jawa “Hing ngarsa sun tuladha, Hing madya mangun karsa, Tut wuri handayani”. Setelah mengikuti berbagai pelatihan maupun diskusi kelompok/komunitas yang difasilitasi oleh Tim Faskel PNPM-P2KP, maka bisa dibuktikan pada usia belasan muncul ide-ide yang bagus untuk kepentingan warga desanya, yang melatarbelakangi adalah perekonomian warga desa yang mayoritas menengah kebawah, apalagi mbak Lilik sendiri berpendidikan SMA sekarang masih kuliah dikota Batik Pekalongan mengambil jurusan S1 Ekonomi Manajemen. Dampak ide yang sering muncul dari mbak Lilik dalam setiap kegiatan warga/siklus PNPM-P2KP, kepercayaan diri mulai tumbuh, sikap dewasa mulai nampak, banyak warga masyarakat desa yang cenderung setuju (simpatik) atas gagasan maupun alasan-alasan darinya, “sehingga paradigma masyarakat yang selama ini menganggap kaum perempuan adalah konco wingkinge wong lanang lama kelamaan akan pudar dengan sendirinya, dengan cara perempuan melibatkan diri maupun terlibat (berpartisipasi) di dengar aspirasinya”, demikian ucapan mbak Lilik saat salah satu Tim Faskel PNPM-P2KP ngobrol dengannya. Dari serangkaian kegiatan yang diikutinya dan mengandalkan potensi yang dimiliki, menunjukkan sikap mbak Lilik yang kooperatif dalam penanggulangan kemiskinan bernuansa pemberdayaan masyarakat didesanya. Konsep dasar Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) adalah mencari orang-orang baik untuk menjadi pemimpin kolektif yang pro-poor didalam wadah/lembaga BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat) ditingkat desa/kelurahan, dengan cara menggali/memunculkan kembali nilai-nilai luhur masyarakat melalui utusan warga yang telah dipilih oleh warga tanpa melalui kampanye/pencalonan. Kegiatan ini dimulai dari tingkat basis/RT/RW pesertanya laki-laki dan perempuan mempunyai hak yang sama, kemudian pilihan dilanjutkan kelevel/tingkat atasnya sampai ketingkat desa/kelurahan. Desa Candiareng terdiri dari 15 RT dan 3 RW kebetulan tempat tinggal mbak Lilik diwilayah RT 02/III, pada saat pemilihan anggota BKM ditingkat desa mbak Lilik akhirnya terpilih menjadi anggota BKM Tunas Harapan desa Candiareng periode 2007-2009. Dengan demikian amanat warga desa dan beban yang harus diemban semakin berat, namun demikian tidak mengurangi semangat belajar dan berorganisasi untuk menunjukkan keseriusannya dalam pembangunan dan kemajuan desa. Dimulai dari hal yang sederhana akan bermanfaat dikemudian hari, demikian pepatah orang bijak, yang selanjutnya akan dipegang oleh mbak Lilik dalam menentukan masa depan dirinya dan kemajuan desa tercinta. Perempuan adalah tunas harapan keluarga, agama dan bangsa jika kaum perempuan banyak yang terbelakang maka terhalanglah potensi serta perkembangan generasi yang akan datang, mungkin itu yang menjadi pertimbangan dan motivasi munculnya kartini-kartini dimasa sekarang dan yang akan datang. Peran serta seperti mbak Lilik sangat dibutuhkan dalam pembangunan, juga kartini-kartini yang lain yang siap bahu membahu melawan keterbelakangan dan kemiskinan.

No comments:

Post a Comment