Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

31 December 2008

Monitoring pelaksanaan Pencairan Dana BLM Tahap II PNPM Mandiri Perkotaan oleh Wakil Bupati Batang

Wakil Bupati Batang Drs.H.Achfa Mahfudz,M.Si disela sela tugasnya meluangkan waktu untuk ikut terlibat dalam kegiatan Pencairan BLM II di Kecamatan Batang pada tanggal 6 Oktober 2008. Pemerintah dalam pembangunan sekarang ini berperan sebagai fasilitator bukan sebagai aktor dalam kegiatan pembangunan ,masyarakatlah yang berperan sebagai aktornya, ”Maju mundurnya desa / kelurahan tergantung dari masyarakat itu sendiri, pemerintah hanya memberikan fasilitas stimulan dana pembangunan dan selebihnya menjadi peran dan tanggungjawab masyarakat untuk menindak lanjuti terwujudnya suatu kegiatan pembangunan” ungkap beliau
(Drs.H.Achfa Mahfudz, M.Si) ketika menghadiri Pencairan Dana di Desa Cepokokuning kecamatan Batang. Sedangkan kepala desa Cepokokuning dalam sambutannya (Drs.Subakoh) menyampaikan kekhawatirannya juga terhadap BLM II PNPM Mandiri Perkotaan ini karena kurang satu bulan lagi akan diadakan Pemilihan Kepala (PILKADES) Desa yang baru, beliau mengatakan ”Saya dan BKM Cepoko Makmur menjadi sangkaan masyarakat mengenai dana BLM Tahap II yang belum cair ke KSM , bahkan lebih ekstrim lagi masyarakat ada yang berprasangka bahwa uangnya saya pakai.... (kades:red)” Apalagi pada Bulan ini dalam situasi yang demikian dapat dimanfaatkan untuk memperkeruh keadaan dalam rangka menjelang pesta demokrasi PILKADES di Desa Cepoko Kuning. Dengan pernyataan tersebut akhirnya Kades Cepoko Kuning memohon kepada Bapak Wakil Bupati untuk dapat mengklarifikasi kepada warganya agar suasana tersebut dapat mendinginkan keadaan sehingga pelaksanaan kegiatan BLM tahap II PNPM Mandiri Perkotaan dan dana dana yang bersumber dari program lain yang teralokasikan di desanya bisa berjalan dengan baik dengan demikian Kades lama tidak menjadi buruk sangka di mata masyarakat. Acara diakhiri dengan penyerahan BLM tahap II oleh Bapak wakil Bupati Batang dan berpesan kepada masyarakat agar setelah menerima dana tersebut segera melaksanakan kegiatan sesuai dengan peruntukannya, dan bila mengalami kendala dan permasalahan segera konsultasikan dengan fasilitator pendamping atau Korkab agar hasil kegiatan tersebut dapat dilaksanakan maksimal dalam suasana yang kondusif.
( Sumber : Tim faskel 55 )

BLM PNPM Mandiri Perkotaan " Berkah bagi Dukuh Rowoadi Kidul Desa Pejambon Kecamatan Warungasem yang Mendambakan Air Bersih"

Desa pejambon merupakan salah satu desa di kecamatan warungasem yang mendapatkan Program PNPM-P2KP.Jumlah penduduknya kurang lebih 1.342 jiwa,tersebar di 5 RW,5 RT.Alokasi dana yang di terima desa pejambon adalah sebesar 200 juta.
Nurhasanah,Koordinator BKM bersatu pejambon menjelaskan bahwa warga di lingkungannya sangat senang dan mendukung dengan adanya program PNPM-P2KP,hal itu di buktikan oleh warga dengan adanya swadaya warga saat membangun kegiatan lingkungan di wilayahnya”paparnya.
Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa dana BLM I yang telah di salurkan sebanyak 40 juta dengan perincian: pertama pembangunan talud,pembangunana sarana air bersih dan posyandu lansia.
Salah satu Ungkapan rasa syukur disampaikan oleh wasturi salah satu anggoata BKM karena salah satu program di lingkungannya sangat dirasakan oleh warga masyarakat di sekitarnya yaitu pembangunan sarana air bersih,walaupun dengan dana yang minim sebesar 10 juta, yang dilaksanakan oleh KSM “Adi Makmur” rowadi kidul.
KEMITRAAN DENGAN PLN
Proyek ini selesai tinggal satu permasalahan lagi mengenai listrik guna menjalankan mesin pompa air. Gagasan untuk listrik timbul dari seorang anggota BKM yang juga perngakat desa di daerah tersebut. Dengan atas nama BKM dan KSM Adi Makmur sebagai perwakilan suara rakyat yang diketahui kepala desa mengajukan permohonan ijin penyambungan daya listrik ke KKP (Kantor Kebersihan dan Pertamanan) kab. Batang. Permohonan di kabulkan dan ditandatangani oleh kepala KKP kab. Batang BP. Sugiatmo SH, MM. penyambungan listrik harus melalui persetujuan PLN, maka dari KKP permohonan dan berkas-berkas di ajukan ke kantr PLN Kab. Batang. Proses tembusan di PLN tidak langsung beres, masih ada persyaratan yang harus dipenuhi yaitu pembelian kilometer listrik dan penanggungan biaya listrik per bulan oleh PEMDA. Dari pihak PLN survey ke tempat lokasi pengajuan pompa air. 1 minggu kemudian listrik tersambung dan bisa di operasikan. Mendengar kabar tersebut warga sangat gembira, terlebih air sudah sampai di depan perumahan warga.
Lepas dari proyek, kini dukuh rowadi Kidul berupaya untuk mandiri. System pemeliharaan hasil proyek berupa pembangunan sarana air bersih sudah menjadi tanggung jawab warga setempat. Masyarakat pengguna air kini mulai dapat merasakan manfaatnya dan selanjutnya secara rutin pengguna air di adakan iuran pembayaran pemeliharaan sarana air bersih setiap bulan yang di urusi oleh KPP (Kelompok Pemanfaat dan pemelihara). Terima Kasih P2KP, karenamu kami Maju???. (Sumber : Tim Faskel 58)

Profil Relawan : Sang " DIPO "

Siang itu sorot matahari dilangit Desa Klidang Lor terasa panas, diujung Gang Bandeng yang menuju pusat kegiatan pemerintahan Desa Klidang Lor nampak Tenda Hijau terang tegak berdiri. Didalamnya seseorang sedang sibuk mengerjai rambut kepala, yang semula acak-acakan siap dibuat rapi dan klimis.
Disisi pintu masuk tenda Hijau itu tertulis dengan komunikatif, “ POTONG RAMBUT BERKAH, DENGAN Rp 3.000 JADI RAPIH:, PRAKTIS, EKONOMIS DAN KLIMIS, “
Sang Penjagal rambut itu adalah DIPO SUJARWO, anggota BPD Desa Klidang Lor yang sejak Nopember 2007 menjadi anggota UPL (Unit Pengelola Lingkungan) BKM Jaya Samudera, Desa Klidang Lor, Kec.Batang.
Disela-sela kesibukannya sebagai Tukang Potong Rambut dan salah satu anggota BPD desa Klidang Lor,Bapak dari tiga orang anak ini masih aktif dan menyempatkan diri berkiprah sebagai pelaku program PNPM Mandiri Perkotaan terlebih posisi di BKM Jaya Samudera sebagai Manager UPL (Unit Pengelola Lingkungan).
Dipo, begitu panggilan akrabnya, menuturkan bahwa sampai saat ini BLM PNPM P2KP telah dicairkan di desa Klidang Lor sebesar 60 juta rupiah. Dana tersebut telah terserap seluruhnya ditahap satu ke 5 (lima) KSM lingkungan dan diprioritaskan menjadi kegiatan pembuatan saluran air.
Berkiprah di UPL BKM Jaya Samudera Desa Klidang Lor , pria lulusan SMA ini, menambahkan bahwa ketertarikannya untuk ikut andil dalam penanggulangan kemiskinan di Desa Klidang Lor diawali ketika dia mengikuti pelatihan dasar relawan warga sebelum tahap lanjut ke pembangunan BKM. DIPO terketuk rasa ingin tahunya, tertarik dan tergerak hatinya untuk ikut andil dalam kegiatan-kegiatan dan upaya PNPM Mandiri merintis pengentasan kemiskinan di beberapa desa, termasuk Desa Klidang Lor.
Saat itu ada beberapa Relawan yang tampil senagai calon Manager UPL, namun setelah musyawarah yang cukup alot ditingkat BKM “Selanjutnya forum sepakat memilih Dipo sebagai manajer UPL di BKM Jaya Samudera.”
Desa Klidang Lor merupakan salah satu desa pesisir di kecamatan Batang yang berbatasan langsung dengan desa Klidang Wetan dan Kelurahan Karangasem Utara. Bagian utara Desa Klidang Lor adalah hamparan laut Utara Jawa Tengah. Saat musim air pasang, maka air ROB masuk kedaratan Desa Klidang Lor. Dimasa lalu sebelum saluran drainase ditata ulang daya tampung airnya maupun bentuk teknisnya, maka air ROB yang mengeram didaratan Klidang Lor sulit sekali mengering, antara lain karena disebabkan Teknik pembuatannya oleh pemborongnya kurang sesuai, tapi dengan dilakukannya pembangunan secara pembentukan KSM yang partisipartif dan adil serta transparan maka pembangunan yang dilakukan menjadi sangat terjamin mutu-kualitasnya.
Saat ini UPL belum sibuk lagi, karena BLM II untuk Alokasi Desa Klidang Lor belum cair, maka Dipo kembali sangat sibuk ditenda hijaunya yang selalu ada saja pasien Potong Rambutnya. “ Saya tidak mencari penghidupan dari kegiatan di desa dan PNPM Mandiri, ekonomi keluarga saya cukupi dengan Keahlian ini” ( Potong Rambut maksudnya). Dengan 3000 Rupiah saja masyarakat sekitar bisa memperoleh kerapihan rambut yang memadai, rapi- climis dan ciamis“ Hitung-hitung membantu warga yang tidak cukup banyak uangnya untuk potong rambut. “ Demikian kata Dipo. Sesuai dengan nama kiosnya “ BERKAH” Semoga saja keberkahan selalu menyertai Dipo yang rajin, ulet dan mandiri, layaknya cita-cita Program PNPM Mandiri, yaitu Kemandirian.
(Sumber : Tim Faskel 54)

KELUARGA MUDAKIR BERTAHAN HIDUP BERGANTUNG PADA RUMPUT

Pemandangan seperti rumah kumuh, rumah tidak layak huni, kesulitan memenuhi kebutuhan pokok, terabaikannya kesehatan, kurang gizi adalah merupakan tanda-tanda kemiskinan yang sering kita jumpai diberbagai daerah, lebih-lebih didaerah perkotaan yang mayoritas orangnya sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Sehingga dengan tetanggapun kadang tidak saling kenal dan rasa kepedulian terhadap sesama kurang. Pemandangan seperti rumah kumuh, rumah tidak layak huni, kesulitan memenuhi kebutuhan pokok, terabaikannya kesehatan, kurang gizi adalah merupakan tanda-tanda kemiskinan yang sering kita jumpai diberbagai daerah, lebih-lebih didaerah perkotaan yang mayoritas orangnya sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Sehingga dengan tetanggapun kadang tidak saling kenal dan rasa kepedulian terhadap sesama kurang.
“KEMISKINAN” begitu menjadi momok untuk semua orang, apalagi setelah adanya kenaikan harga BBM, belum kebutuhan pokok untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang semakin hari semakin melambung harganya. Dengan BBM tidak naik saja hidup merasa serba kurang dan susah Apalagi BBM sdh benar-benar menjadi naik, pastilah hidup semakin sulit dan susah.
Fenomena kemiskinan disebabkan banyak hal, misalkan saja karena tidak mempunyai pekerjaan, kenapa tidak mempunyai pekerjaan? Jawabannya karena tidak mempunyai ketrampilan. Kenapa tidak mempunyai ketrampilan? Tidak mempunyai ketrampilan karena tidak sekolah atau tidak berpendidikan. Maka akan muncul pertanyaan lagi, kenapa tidak sekolah dan tidak berpendidikan? Karena tidak mempunyai uang (biaya mahal)… begitu selalu berantai dan muncul permasalahan-permasalahan baru. Sehingga perlu kita sikapi bersama, apa sebenarnya akar permasalahan yang ada? Misalkan saja untuk mengatasi masalah kurangnya biaya sekolah seperti diatas maka perlu digali adanya kepedulian social. Berbicara mengenai kepedulian social , jika sesuatu hal yang dilakukan itu bisa atau dapat mengatasi kesulitan ataupun dapat mengurangi beban penderitaan orang lain, itu yang dinamakan peduli.
Di era sekarang ini, masyarakat Indonesia khususnya masyarakat yang berada dibawah garis kemiskinan benar-benar mengalami kesulitan atau mengalami masa “SERBA SULIT”. Sulit mencari uang, sulit mencari pekerjaan, sulit untuk bisa hidup layak dan masih banyak kesulitan yang lain, yang menghimpit dan menjadi beban mereka. Mereka warga miskin tidak memiliki kesempatan untuk memilih. Tidak ada pilihan pekerjaan; tidak ada pilihan makan makanan apa; tidak ada pilihan mau pakai pakaian apa, warna apa, model yang bagaimana.
Seperti halnya Keluarga Mudakir (48 Th) yang ditemani seorang istri Turiah (41 Th) dan seorang anak yang masih sakit pernafasan yang usianya (6 Th) , Keluarga ini berada dilingkungan masyarakat RT 04 RW II Desa Sijono, Kecamatan Warungasem Kabupaten Batang. Keluarga ini tinggal di sebuah rumah bamboo milik sendiri, yang sudah reot dan rapuh, namun tanah pekarangannya “dipinjami” tetangga yang masih memiliki kepedulian tanpa uang sewa. Untuk menghidupi keluarganya Pak Mudakir bekerja sebagai pencari rumput. Upah di dapat setelah Pak Mudakir membawa dua keranjang rumput seharga Rp. 7.500,- . Sebenarnya Pak Mudakir tidak suka dengan pekerjaan ini, karena sehari penghasilannya tidak cukup untuk menghidupi keluarga, lebih-lebih jika musim kemarau rumput sangat jarang di dapat. Namun pekerjaan ini bukanlah pilihan, tetapi sebuah keterpaksaan dan keharusan demi menghidupi keluarganya, sehingga pekerjaan ini telah digelutinya selama 6 tahun. Setiap hari Pak Mudakir berharap bahwa masih tetap ada orang yang mau mempercayakan psds dirinya untuk mencarikan makanan bagi ternak-ternak mereka, sehingga masih ada harapan untuk mengisi kebutuhan hidup di esok hari.... yang penuh harapan !!!!!!!
(Sumber : Tim Faskel 56 Kab.Batang)

MENCOBA MENEKAN BAYANG BAYANG KEMACETAN KREDIT MIKRO

PNPM Mandiri Perkotaan tidak terlepas dari prinsip TRIDAYA, yaitu Ekonomi, Lingkungan dan Sosial. Khusus di dalam pemberdayaan bidang Ekonomi, di fokuskan dalam kredit Mikro bergulir yang disalurkan melalui KSM – KSM. Dalam pelaksanaan pengelolaan kredit mikro ini, banyak sekali kalangan yang menyangsikan kelancarannya. Antara lain karena diberikan tanpa jaminandan administrasi yang rumit. Bahkan banyak BKM dan pendamping yang tidak berani menyalurakan Dana Perguliran di Termin II. Dengan alasan takut RR tidak mencapai 90 %, sehingga BLM termin III tidak dapat cair. Menurut pertimbangan kami, RR dapat mencapai 90% atau tidak itu bukan tergantung dari dicairkan di Termin II atau Termin III. Tetapi bagaimana dalam membina kelompok (KSM) terutama dalam hal memberikan pemahaman hak dan kewajiban serta tata cara dan aturan mainnya, disamping itu juga diberikan wawasan tentang resiko – resiko yang harus ditanggung jika terjadi kemacetan.
Kredit mikro dalam program ini memang harus ada dan harus bisa berjalan berkelanjutan, jika tidak maka pemberdayaannya akan berhenti. Karena secara otomatis Dana Operasional tidak akan ada. Di sisi lain BKM termasuk UPK’nya sebagai wadah dan pusat penanggulangan kemiskinan di desa dan motor penggerak Pemberdayaan Masyarakat selain LPMD / LPMK. Jika tidak ada anggaran operasionalnya, maka tentu akan menjadi pasif. Sehingga nasibnya akan sama dengan lembaga lain seperti LPMD / LPMK, meski ada juga lembaga – lembaga lain tersebut yang dapat berjalan. Namun jumlahnya dapat di hitung dan suatu lembaga tanpa tersedianya dana tentu tida dapat berjalan.
Oleh karena itu ada pandangan untuk menyiapkan KSM Perguliran, paling tidak untuk diterapkan pada ”lokasi baru”. Sebelum dana diserahkan, semua anggota KSM beserta pengurusnya di kumpulkan untuk di berikan :
1. Pemahaman tata cara, aturan main serta hak dan kewajiban oleh Tim pendamping.
2. Selanjutnya berikan motivasi keagamaan oleh tokoh agama , Tokoh Masyarakat, setempat yang disegani.
3. Terakhir dibangun komitmen dan kesepakatan serta diberikan pemahaman bahwa pihak pemerintah desa akan terlibat secara aktif dalam ikut mendukung kelancaran perguliran. Karena dana ini adalah dana milik masyarakat, khususnya masyarakat miskin.

Demkian kira – kira pandangan bagaimana agar kemungkinan kemacetan agar dapat ditekan, meski terlebih dahulu harus mempelajari dan memahami karakter dan culture dari masyarakat.
(Sumber : TF 56 Batang)

KARTINI SAKING NDUSUN (Kiprah Emansipasi Seorang Relawan kembang desa )

Jauh dari hiruk pikuknya kehidupan kota Batang, terdapat desa yang agak terpencil dikecamatan Warungasem yaitu desa Candiareng. Desa tersebut merupakan salah satu desa yang mendapatkan alokasi dana PNPM-P2KP tahun anggaran 2007 ditahun 2008 menjadi PNPM Mandiri-Perkotaan. Sebagian besar aktifitas penduduk desa Candiareng adalah petani ladang dengan bercocok tanam jenis palawija. Namun dengan adanya aktifitas penduduk yang berladang serta letak geografis jauh dari kota kabupaten Batang, tidak mengurangi kepedulian mereka dalam bergotong-royong bahu membahu membangun desa. Terbukti masih adanya kegiatan ronda/siskamling, kebersihan lingkungan, tahlilan giliran, juga diwaktu warga ada yang nduwe gawe (punya hajat) maka serta merta warga masih turut peduli atas lingkungan dan tetangga mereka. Tidak luput juga waktu Tim Fasilitator Kelurahan PNPM-P2KP, sedang melakukan sosialisasi kepada warga masyarakat, ternyata masyarakat menyambut dengan antusias dengan alasan adanya kegiatan Tridaya akan mempermudah akses perekonomian maupun meningkatkan tatanan sosial yang selama ini menjadi modal dasar dalam kehidupan mereka. Terlepas dari peran Tim Faskel PNPM-P2KP bersosialisasi program, dari pihak perangkat desa maupun tokoh masyarakat/agama ikut terlibat dalam penyebarluasan informasi program pemberdayaan masyarakat yang mudah dikenal oleh masyarakat dengan sebutan P2KP, masyarakat desa Candiareng baik laki-laki maupun perempuan banyak yang datang dalam pertemuan sosialisasi untuk mengetahui perkembangan informasi, karena adanya dukungan dari tokoh masyarakat dan tokoh agama sekaligus lapisan masyarakat kurang mampu juga dilibatkan baik laki-laki dan perempuan bernama Lilik Afidah, merupakan salah satu sosok/figur gadis desa yang masih lugu dari pergaulan hingar bingarnya kota. Namun dari kesederhanaannya menyembunyikan potensi yang bagus, walaupun usianya yang relatif muda (taksih timur), semua itu dapat dilihat dari segi pemikiran dan keberaniannya untuk melu-melu urun rembug, karena selama ini sering menghadiri kegiatan warga guna membahas kepentingan warganya serta untuk keberlanjutan pemberdayaan didesanya. Seiring berjalannya waktu, jiwanya merasa terpanggil untuk selalu andil dalam kegiatan penanggulangan kemiskinan, diawali dari menjadi relawan warga bersama teman-teman se-desanya, mereka bisa berkiprah, saling tukar pendapat, diskusi, tambah wasasan dan tanpa disadari timbul keakraban dengan orang yang lebih tua maupun se-usianya, karena dilandasi rasa kebersamaan dan kesetaraan. Mengingat selama ini pihak perempuan masih merasakan adanya batasan-batasan/ter-marginal dari kaum laki-laki didalam urun rembug terutama pengambilan keputusan dalam musyawarah/pertemuan-pertemuan. Dari sinilah mbak Lilik mencoba melakukan/menguji kemampuan yang dimilikinya, karena dalam P2KP mengenal dan mengadopsi kesetaraan gender, sehingga termotivasi untuk ikut mbagun desa tanpa harus ikut bekerja layaknya dilakukan seorang laki-laki, namun mbak Lilik hanya mengandalkan pikiran, tenaga/kemampuan yang terbatas, dan waktu luangnya, sesuai komitmen awal dengan teringat walsafah jawa “Hing ngarsa sun tuladha, Hing madya mangun karsa, Tut wuri handayani”. Setelah mengikuti berbagai pelatihan maupun diskusi kelompok/komunitas yang difasilitasi oleh Tim Faskel PNPM-P2KP, maka bisa dibuktikan pada usia belasan muncul ide-ide yang bagus untuk kepentingan warga desanya, yang melatarbelakangi adalah perekonomian warga desa yang mayoritas menengah kebawah, apalagi mbak Lilik sendiri berpendidikan SMA sekarang masih kuliah dikota Batik Pekalongan mengambil jurusan S1 Ekonomi Manajemen. Dampak ide yang sering muncul dari mbak Lilik dalam setiap kegiatan warga/siklus PNPM-P2KP, kepercayaan diri mulai tumbuh, sikap dewasa mulai nampak, banyak warga masyarakat desa yang cenderung setuju (simpatik) atas gagasan maupun alasan-alasan darinya, “sehingga paradigma masyarakat yang selama ini menganggap kaum perempuan adalah konco wingkinge wong lanang lama kelamaan akan pudar dengan sendirinya, dengan cara perempuan melibatkan diri maupun terlibat (berpartisipasi) di dengar aspirasinya”, demikian ucapan mbak Lilik saat salah satu Tim Faskel PNPM-P2KP ngobrol dengannya. Dari serangkaian kegiatan yang diikutinya dan mengandalkan potensi yang dimiliki, menunjukkan sikap mbak Lilik yang kooperatif dalam penanggulangan kemiskinan bernuansa pemberdayaan masyarakat didesanya. Konsep dasar Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) adalah mencari orang-orang baik untuk menjadi pemimpin kolektif yang pro-poor didalam wadah/lembaga BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat) ditingkat desa/kelurahan, dengan cara menggali/memunculkan kembali nilai-nilai luhur masyarakat melalui utusan warga yang telah dipilih oleh warga tanpa melalui kampanye/pencalonan. Kegiatan ini dimulai dari tingkat basis/RT/RW pesertanya laki-laki dan perempuan mempunyai hak yang sama, kemudian pilihan dilanjutkan kelevel/tingkat atasnya sampai ketingkat desa/kelurahan. Desa Candiareng terdiri dari 15 RT dan 3 RW kebetulan tempat tinggal mbak Lilik diwilayah RT 02/III, pada saat pemilihan anggota BKM ditingkat desa mbak Lilik akhirnya terpilih menjadi anggota BKM Tunas Harapan desa Candiareng periode 2007-2009. Dengan demikian amanat warga desa dan beban yang harus diemban semakin berat, namun demikian tidak mengurangi semangat belajar dan berorganisasi untuk menunjukkan keseriusannya dalam pembangunan dan kemajuan desa. Dimulai dari hal yang sederhana akan bermanfaat dikemudian hari, demikian pepatah orang bijak, yang selanjutnya akan dipegang oleh mbak Lilik dalam menentukan masa depan dirinya dan kemajuan desa tercinta. Perempuan adalah tunas harapan keluarga, agama dan bangsa jika kaum perempuan banyak yang terbelakang maka terhalanglah potensi serta perkembangan generasi yang akan datang, mungkin itu yang menjadi pertimbangan dan motivasi munculnya kartini-kartini dimasa sekarang dan yang akan datang. Peran serta seperti mbak Lilik sangat dibutuhkan dalam pembangunan, juga kartini-kartini yang lain yang siap bahu membahu melawan keterbelakangan dan kemiskinan.