Pemandangan seperti rumah kumuh, rumah tidak layak huni, kesulitan memenuhi kebutuhan pokok, terabaikannya kesehatan, kurang gizi adalah merupakan tanda-tanda kemiskinan yang sering kita jumpai diberbagai daerah, lebih-lebih didaerah perkotaan yang mayoritas orangnya sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Sehingga dengan tetanggapun kadang tidak saling kenal dan rasa kepedulian terhadap sesama kurang. Pemandangan seperti rumah kumuh, rumah tidak layak huni, kesulitan memenuhi kebutuhan pokok, terabaikannya kesehatan, kurang gizi adalah merupakan tanda-tanda kemiskinan yang sering kita jumpai diberbagai daerah, lebih-lebih didaerah perkotaan yang mayoritas orangnya sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Sehingga dengan tetanggapun kadang tidak saling kenal dan rasa kepedulian terhadap sesama kurang.
“KEMISKINAN” begitu menjadi momok untuk semua orang, apalagi setelah adanya kenaikan harga BBM, belum kebutuhan pokok untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang semakin hari semakin melambung harganya. Dengan BBM tidak naik saja hidup merasa serba kurang dan susah Apalagi BBM sdh benar-benar menjadi naik, pastilah hidup semakin sulit dan susah.
Fenomena kemiskinan disebabkan banyak hal, misalkan saja karena tidak mempunyai pekerjaan, kenapa tidak mempunyai pekerjaan? Jawabannya karena tidak mempunyai ketrampilan. Kenapa tidak mempunyai ketrampilan? Tidak mempunyai ketrampilan karena tidak sekolah atau tidak berpendidikan. Maka akan muncul pertanyaan lagi, kenapa tidak sekolah dan tidak berpendidikan? Karena tidak mempunyai uang (biaya mahal)… begitu selalu berantai dan muncul permasalahan-permasalahan baru. Sehingga perlu kita sikapi bersama, apa sebenarnya akar permasalahan yang ada? Misalkan saja untuk mengatasi masalah kurangnya biaya sekolah seperti diatas maka perlu digali adanya kepedulian social. Berbicara mengenai kepedulian social , jika sesuatu hal yang dilakukan itu bisa atau dapat mengatasi kesulitan ataupun dapat mengurangi beban penderitaan orang lain, itu yang dinamakan peduli.
Di era sekarang ini, masyarakat Indonesia khususnya masyarakat yang berada dibawah garis kemiskinan benar-benar mengalami kesulitan atau mengalami masa “SERBA SULIT”. Sulit mencari uang, sulit mencari pekerjaan, sulit untuk bisa hidup layak dan masih banyak kesulitan yang lain, yang menghimpit dan menjadi beban mereka. Mereka warga miskin tidak memiliki kesempatan untuk memilih. Tidak ada pilihan pekerjaan; tidak ada pilihan makan makanan apa; tidak ada pilihan mau pakai pakaian apa, warna apa, model yang bagaimana.
Seperti halnya Keluarga Mudakir (48 Th) yang ditemani seorang istri Turiah (41 Th) dan seorang anak yang masih sakit pernafasan yang usianya (6 Th) , Keluarga ini berada dilingkungan masyarakat RT 04 RW II Desa Sijono, Kecamatan Warungasem Kabupaten Batang. Keluarga ini tinggal di sebuah rumah bamboo milik sendiri, yang sudah reot dan rapuh, namun tanah pekarangannya “dipinjami” tetangga yang masih memiliki kepedulian tanpa uang sewa. Untuk menghidupi keluarganya Pak Mudakir bekerja sebagai pencari rumput. Upah di dapat setelah Pak Mudakir membawa dua keranjang rumput seharga Rp. 7.500,- . Sebenarnya Pak Mudakir tidak suka dengan pekerjaan ini, karena sehari penghasilannya tidak cukup untuk menghidupi keluarga, lebih-lebih jika musim kemarau rumput sangat jarang di dapat. Namun pekerjaan ini bukanlah pilihan, tetapi sebuah keterpaksaan dan keharusan demi menghidupi keluarganya, sehingga pekerjaan ini telah digelutinya selama 6 tahun. Setiap hari Pak Mudakir berharap bahwa masih tetap ada orang yang mau mempercayakan psds dirinya untuk mencarikan makanan bagi ternak-ternak mereka, sehingga masih ada harapan untuk mengisi kebutuhan hidup di esok hari.... yang penuh harapan !!!!!!!
(Sumber : Tim Faskel 56 Kab.Batang)
“KEMISKINAN” begitu menjadi momok untuk semua orang, apalagi setelah adanya kenaikan harga BBM, belum kebutuhan pokok untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang semakin hari semakin melambung harganya. Dengan BBM tidak naik saja hidup merasa serba kurang dan susah Apalagi BBM sdh benar-benar menjadi naik, pastilah hidup semakin sulit dan susah.
Fenomena kemiskinan disebabkan banyak hal, misalkan saja karena tidak mempunyai pekerjaan, kenapa tidak mempunyai pekerjaan? Jawabannya karena tidak mempunyai ketrampilan. Kenapa tidak mempunyai ketrampilan? Tidak mempunyai ketrampilan karena tidak sekolah atau tidak berpendidikan. Maka akan muncul pertanyaan lagi, kenapa tidak sekolah dan tidak berpendidikan? Karena tidak mempunyai uang (biaya mahal)… begitu selalu berantai dan muncul permasalahan-permasalahan baru. Sehingga perlu kita sikapi bersama, apa sebenarnya akar permasalahan yang ada? Misalkan saja untuk mengatasi masalah kurangnya biaya sekolah seperti diatas maka perlu digali adanya kepedulian social. Berbicara mengenai kepedulian social , jika sesuatu hal yang dilakukan itu bisa atau dapat mengatasi kesulitan ataupun dapat mengurangi beban penderitaan orang lain, itu yang dinamakan peduli.
Di era sekarang ini, masyarakat Indonesia khususnya masyarakat yang berada dibawah garis kemiskinan benar-benar mengalami kesulitan atau mengalami masa “SERBA SULIT”. Sulit mencari uang, sulit mencari pekerjaan, sulit untuk bisa hidup layak dan masih banyak kesulitan yang lain, yang menghimpit dan menjadi beban mereka. Mereka warga miskin tidak memiliki kesempatan untuk memilih. Tidak ada pilihan pekerjaan; tidak ada pilihan makan makanan apa; tidak ada pilihan mau pakai pakaian apa, warna apa, model yang bagaimana.
Seperti halnya Keluarga Mudakir (48 Th) yang ditemani seorang istri Turiah (41 Th) dan seorang anak yang masih sakit pernafasan yang usianya (6 Th) , Keluarga ini berada dilingkungan masyarakat RT 04 RW II Desa Sijono, Kecamatan Warungasem Kabupaten Batang. Keluarga ini tinggal di sebuah rumah bamboo milik sendiri, yang sudah reot dan rapuh, namun tanah pekarangannya “dipinjami” tetangga yang masih memiliki kepedulian tanpa uang sewa. Untuk menghidupi keluarganya Pak Mudakir bekerja sebagai pencari rumput. Upah di dapat setelah Pak Mudakir membawa dua keranjang rumput seharga Rp. 7.500,- . Sebenarnya Pak Mudakir tidak suka dengan pekerjaan ini, karena sehari penghasilannya tidak cukup untuk menghidupi keluarga, lebih-lebih jika musim kemarau rumput sangat jarang di dapat. Namun pekerjaan ini bukanlah pilihan, tetapi sebuah keterpaksaan dan keharusan demi menghidupi keluarganya, sehingga pekerjaan ini telah digelutinya selama 6 tahun. Setiap hari Pak Mudakir berharap bahwa masih tetap ada orang yang mau mempercayakan psds dirinya untuk mencarikan makanan bagi ternak-ternak mereka, sehingga masih ada harapan untuk mengisi kebutuhan hidup di esok hari.... yang penuh harapan !!!!!!!
(Sumber : Tim Faskel 56 Kab.Batang)
No comments:
Post a Comment